Kamis 10 Oct 2019 18:24 WIB

Menkeu Minta Mahasiswa tak Hanya Belajar di Kelas

Mahasiswa harus memiliki wawasan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Hafil
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menghadirkan Menteri Keuangan  (Menkeu) RI, Sri Mulyani sebagai pembicara dalam kegiatan orasi ilmiah di  Hall Dome UMM, Malang, Kamis (10/10).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menghadirkan Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani sebagai pembicara dalam kegiatan orasi ilmiah di Hall Dome UMM, Malang, Kamis (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani mengingatkan mahasiswa agar tidak hanya belajar di ruangan kelas. Mahasiswa terutama di Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) juga tidak boleh sekedar membaca buku teks.

"Kalian harus memiliki wawasan, memiliki jenis skill yang dibutuhkan dalam lapangan kerja yang akan datang," ujar Sri Mulyani dalam orasi ilmiah di Hall Dome UMM, Malang, Kamis (10/10).

Baca Juga

Sri Mulyani meyakini banyak generasi muda merasa pintar hanya dengan menghapal. Padahal proses pembelajaran itu sesungguhnya bukan sekedar menghapal suatu teori. Apalagi tugas menghapal pada dasarnya dapat diganti oleh komputer.

Menurut Sri Mulyani, otak harus digunakan agar dapat menjadi manusia berpikiran kritis. Selain juga, mampu menjadi sosok berpikir untuk menganalisis sesuatu dengan baik. "Jadi ini bukan tentang menghapal," katanya. 

Sri Mulyani menyontohkan apabila terdapat mahasiswa yang merasa dirinya berpengetahuan dengan hanya membaca WhatsApp. Menurutnya, anggapan tersebut sangat keliru, terlebih terhadap pesan yang tidak dianalisis dengan baik. Dalam hal ini terutama pada mereka yang memiliki kebiasaan membagikan pesan tanpa dibaca terlebih dahulu.

"Apalagi pesannya enggak dibaca tapi asal forward. Itu tanda kalau enggak punya analytical thinking, akan mudah dilibas teknologi, menjadi korban teknologi,"  tegasnya. 

Di kesempatan itu, Sri Mulyani mengungkapkan, hal-hal yang dibutuhkan pada generasi muda di masa depan. Antara lain, intelektual, berpikir kritis dan analisis, kreativitas dan berjiwa pemimpin. Selain itu juga dibutuhkan kemampuan memecahkan masalah dan kecerdasan emosi. 

Dari aspek-aspek tersebut, Sri Mulyani pun menegaskan, kecerdasan dengan menghapal tak cukup untuk menghadapi masa depan. Lulusan dengan Indeks Predikat (IP) terbaik juga tidak akan menjadi faktor penting dalam hal ini. "Harus punya skill yang cukup untuk menghadapi masa depan," tegasnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement