Kamis 12 Oct 2017 08:46 WIB

Alasan Ilmiah Sulitnya Berhenti Melahap Keripik Kentang

Rep: Novita Intan/ Red: Indira Rezkisari
Keripik kentang
Foto: pixabay
Keripik kentang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada beberapa jenis makanan yang membuat kita sulit untuk berhenti saat sudah mengonsumsinya. Keripik adalah salah satunya.

Siapa saja yang membuka sekantong keripik kentang sering tak bisa berhenti mengunyah. Kriuk-kriuk renyahnya disukai banyak orang.

Dalam sebuah penelitian di Frontiers in Psychology, periset membiarkan tikus memilih dari tiga makanan berbeda antara lain pasta, makanan campuran lemak dan karbohidrat, serta keripik kentang. Hewan pengerat lebih menyukai keripik kentang daripada dua opsi lainnya.

Kentang paling dikenal karena dua hal, garam dan lemak. Studi telah menunjukkan bahwa mengonsumsi garam memicu pelepasan dopamin, pembawa pesan kimia yang mengendalikan pusat kesenangan otak Anda. Begitu otak Anda mendapat rasa pertama, itu mulai lebih mengasyikkan.

Dalam satu penelitian di Australia, 48 orang dewasa bisa makan sebanyak yang mereka inginkan selama empat makan siang berbeda. Makanan pasta pada dasarnya tampak sama terdapat kandungan garam dan lemak. Sausnya rendah lemak atau rendah garam, rendah lemak atau tinggi garam, tinggi lemak atau rendah garam, atau tinggi lemak atau tinggi garam, dan para peserta mencoba masing-masing satu kali selama empat minggu.

Tidak peduli berapa banyak lemak dalam makanan, relawan makan 11 persen lebih banyak kalori dan makanan saat saus itu terasa asin, menurut hasil The Journal of Nutrition. Dengan saus berlemak tinggi, peserta makan kalori 60 persen lebih banyak, namun tidak harus ada makanan ekstra dalam hal berat badan.

Lemak sendiri sangat tinggi kalori, jadi relawan makan lebih banyak kalori dengan jumlah makanan yang sama. Biasanya, lemak membantu membuat makanan lebih memuaskan sehingga orang tidak mau untuk terus memakannya. Terutama saat orang sangat peka terhadap rasa lemak.

Penulis studi Russel Keast, PhD, profesor ilmu sensorik di Universitas Deakin mengatakan saat makanan rendah garam, mudah untuk melakukan pengendalian diri daripada makan berlebihan.

"Tapi saat kita menambahkan garam pada makanan itu, tiba-tiba saja kontrolnya hilang. Jadi keripik lemak yang tidak memiliki garam ekstra akan menjadi satu hal. Begitu Anda menambahkan garam ke dalam persamaan, otak Anda menginginkan sebanyak sodium (dan dopamin) seperti yang bisa didapatnya," katanya, dilansir dari laman Reader's Digest.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement